Powered By Blogger

Monday, December 8, 2008

TUBUH SEHAT IDEAL DARI SEGI KESEHATAN

TUBUH SEHAT IDEAL DARI SEGI KESEHATAN
Oleh :
Prof. Dr. dr. Azrul Azwar MPH
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI

PENDAHULUAN
Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan
menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan
ber perilaku hidup sehat. Indonesia sehat 2010 dimaksudkan juga untuk mendorong
agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat rohani. Sehingga
tubuh sehat dan ideal dari segi kesehatan meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan
tidak hanya bebas dari penyakit (Definisi Sehat WHO Tahun 1950). Semua aspek
tersebut akan mempengaruhi penampilan atau performance setiap individu, dalam
melakukan aktivitas sehari hari seperti bekerja, berkarya, berkreasi dan melakukan
hal-hal yang produktif serta bermanfaat.
Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor utama
yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu setiap
individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama
agar dapat hidup produktif, bahagia dan sejahtera.
Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Di satu pihak masalah kurang
gizi yaitu: gizi buruk, anemia, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan Kurang
Vitamin A (KVA) masih merupakan kendala yang harus ditanggulangi, namun
masalah gizi lebih cenderung meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil survey
Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 1995 – 1997 di 27 ibukota propinsi menunjukkan
bahwa prevalensi gizi lebih mencapai 6,8% pada laki-laki dewasa dan 13,5% pada
perempuan dewasa. Sedangkan Monica (1994) menunjukkan bahwa hipertensi
didapati pada 19,9% usia lanjut (usila) yang gemuk dan 29,8% pada usila dengan
obesitas.
Kegemukan merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit kardio-vaskuler. Dari
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992
diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu dari
penyakit degeneratif yang sekarang sudah menduduki tempat nomor satu penyebab
kematian di Indonesia. Dari berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara dislipidemia, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dengan penyakit jantung
koroner.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.



TUBUH SEHAT IDEAL
Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari penampilan luar.
Penilaian setiap orang tentunya berbeda, antara orang awam dengan orang yang
mempunyai latar belakang medis sangat berbeda. Namun secara umum orang
biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur tubuh, sikap dan tutur kata
serta interaksi orang tersebut dengan orang lain. Namun pengertian tubuh sehat
ideal dari segi kesehatan mencakup hal yang lebih luas, yang tidak cukup hanya
penilaian secara lahiriah, tetapi memerlukan pemeriksaan medis meliputi
pemeriksaan antropometri, fisiologi, biokimia dan patologi anatomi. Bila mengacu
dari definisi WHO diatas, untuk menyatakan seseorang mempunyai tubuh sehat
ideal, memerlukan juga penilaian secara psikologi dan psikiatri, apakah orang
tersebut mengalami kelainan kepribadian dan penyimpangan perilaku. Meskipun
secara fisik orang tersebut sehat, namun bila ada kelainan jiwa yang dapat
mengganggu kehidupan orang dilingkungannya, orang tersebut tidak sehat.
Postur tubuh ideal :
Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah
komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran
antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan
tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :
BB (kg)
IMT = --------------
TB x TB (m)
Status Gizi Wanita Laki-laki
Normal 17 -23 18 –25
Kegemukan 23 – 27 25 - 27
Obesitas > 27 > 27
BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan
Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
58
IMT = ---------------- = 22,37 (normal)
1,61 x 1,61
IMT yang normal antara 18 – 25. Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18 dan
gemuk bila IMT nya > 25. Bila IMT > 30 orang tersebut menderita obesitas dan
perlu diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit
degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan
metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium
Untuk mengetahui Berat Badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai
berikut : BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.




Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah
kegemukan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas.

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100)
= 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)
BB 58 kg masih dalam batas > 10%.
Pada anak-anak pengukuran berat badan sebaiknya dilakukan setiap bulan untuk
pemantauan pertumbuhan apakah normal sesuai dengan pita hijau yang ada dalam
KMS (Kartu Menuju Sehat). Pengukuran tinggi badan secara berkala pada anakanak
juga dianjurkan dilakukan setiap 6 bulan, untuk memantau apakah status gizi
anak tersebut normal. Disamping itu untuk menilai apakah anak tersebut stunting
(cebol), dengan membandingkan Z Score (WHO-NCHS). Pertumbuhan anak wanita
sampai 18 tahun dan laki-laki sampai 21 tahun. Menurut NCHS Hyattsville,
Maryland 1979, anak wanita usia 18 tahun tinggi badan pada 75 percentile adalah
170 cm dan berat badan pada 70 percentile adalah 62,5 kg Sedangkan anak lakilaki
usia 18 tahun tinggi badan 75 percentile adalah 180 cm dan berat badan70
percentile adalah 75 kg.
Pengukuran lain yang dapat dilakukan untuk menilai apakah seseorang tersebut
kurus menderita kurang gizi, normal atau gemuk, dengan mengukur Lingkar lengan
kiri atas (Lila). Biasanya dilakukan pada wanita usia 15 – 45 tahun. Bila Lila < 23,5
cm, wanita tersebut menderita Kurang Energi Kronis (KEK).
Pengukuran antropometri lain yang sering digunakan adalah mengukur rasio Lingkar
perut dan Lingkar Pinggang (RLPP). Pada wanita RLPP yang disarankan < 0,8
sedangkan pada laki-laki < 1. Penilaian RLPP ini cukup penting karena untuk
mengetahui risiko menderita penyakit jantung. Seseorang dengan RLPP > 0,8 pada
wanita dan > 1 pada laki-laki mempunyai risiko menderita penyakit jantung lebih
besar dari yang RLPP nya dibawah ambang batas.
Untuk individu tertentu pengukuran diatas, belum dapat menggambarkan postur
tubuh yang ideal, dan memerlukan pengukuran lain yang lebih spesifik. Pada atlet
postur tubuh yang ideal berbeda, antara setiap jenis cabang olah raga. Misalnya
postur tubuh yang ideal bagi atlet petinju atau binaraga, sangat berbeda pada atlet
senam atau renang atau bila dibandingkan dengan orang biasa. Untuk kondisi ini
selain pengukuran IMT, dilakukan pula pengukuran tebal lemak (Skin fold), untuk
menilai apakah massa tubuh yang besar pada atlet tersebut terdiri dari otot atau
lemak. Sejogyanya atlet tinju, binaraga membutuhkan otot dan tulang yang kuat
untuk berlatih atau bertanding. Berbeda pada atlet senam atau renang, yang
membutuhkan massa tubuh yang tidak terlalu besar, tetapi tetap membutuhkan otot
dan tulang yang kuat dan lentur.

Sehat fisik /jasmani :
Untuk berada dalam kondisi Tubuh Sehat Ideal selain postur tubuh yang ideal juga
harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk
mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari Hidrat-arang, protein,
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.

lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Hidrat-arang, protein dan lemak disebut zat
gizi makro dan vitamin serta mineral disebut sebagai zat gizi mikro. Kebutuhan zat
gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan/aktivitas, suhu
linggkungan dan kondisi tertentu. Misalnya pada ibu hamil/meneteki atau sedang
sakit, membutuhkan zat gizi lebih banyak. Triguna makanan adalah sebagai 1)
sumber zat tenaga atau energi, 2) sumber zat pembangun dan 3) sumber zat
pengatur. Hidrat-arang, lemak dan protein merupakan komponen utama sebagai
sumber energi yang dibutuhkan untuk aktivitas, sedangkan protein dibutuhkan
sebagai sumber zat pembangun yaitu untuk pembentukan sel-sel tubuh. Dan vitamin
mineral sibutuhkan sebagai sumber zat pengatur yang diperlukan sebagai enzym,
co-enzym atau hormon untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Kebutuhan energi untuk laki-laki dewasa berkisar antara 1.900 – 2.700 Kkal/hari,
sedangkan pada wanita antara 1.700 – 2.100 Kkal./hari.
Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa
secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:
Indikator Tingkat Konsumsi Tingkat Persediaan
Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori
Protein 46,2 gram 55 gram
(9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)
AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada
orang dewasa umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4
potong, lauk nabati 2-4 potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkok dan buah-buahan 2-3
potong. Dengan catatan dalam keadaan berat badan ideal.
Ketidak seimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi yang
terkandung untuk keperluan metabolisme tubuh akan mengganggu fungsi
metabolisme tersebut. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan status gizi kurang
atau gizi buruk. Sebaliknya kelebihan zat gizi akan menyebabkan status gizi lebih,
yang ditandai dengan kegemukan atau obesitas. Kekurangan atau kelebihan zat gizi
pada seseorang dapat terjadi secara spesifik sesuai pola makan orang tersebut,
yang dapat menimbulkan penyakit tertentu, tergantung zat gizi apa yang
kurang/lebih dikonsumsi. Misalnya kekurangan zat besi (Fe), dapat menimbulkan
anemia defisiensi besi, karena kurangnya hemoglobin yang tertentu. Pola makan
yang cenderung tinggi kalori, protein dan lemak akan menyebabkan tingginya kadar
glukosa, lemak, kolesterol dan asam urat dalam darah, yang dapat mempengaruhi
sistim kardio-vaskuler.


OBESITAS DAN PENYAKIT KARDIO-VASCULER
Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan,
secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu
diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi
penampilan seseorang. Seperti dikatakan diatas masalah obesitas biasanya juga
disertai masalah kesehatan lain seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner
dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan
kematian.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.

Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi
kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) perhari. Bila kelebihan ini terjadi dalam
jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk
membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut akan diubah
menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah kulit. Akibatnya orang
tersebut akan menjadi gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat
badan, Bilamana penimbunan makin banyak, terjadi perubahan anatomis. Pada
wanita penumpukan jaringan lemak, biasanya berada di sekitar pinggul, paha,
lengan, pinggung dan perut. Baru meluas keseluruh tubuh sampai kemuka.
Sedangkan pada laki-laki, penumpukan jaringan lemak umumnya terjadi di bagian
perut.
Masalah gizi Klinis merupakan masalah gizi yang erat hubungannya dengan
penyakit dan penanganannya memerlukan tindakan yang komprehensif. Sehingga
hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler, perlu dicegah dan diobati dengan merubah pola makan menjadi pola
makan sehat yang berpedoman pada aneka ragam makanan yang memenuhi gizi
seimbang.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor
dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena
pada usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklerosis), resistensi dinding
pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu jantung untuk
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh.
Menurut Maria C. Linder, Ph.D dari California State University, Fullerton, CA, masih
menjadi perdebatan kontroversi tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup
terhadap terjadinya aterosklerosis. Namun dari beberapa kecenderungan
menyatakan bahwa: 1) terjadinya plak (plaque) aterosklerosis merupakan suatu
respon dari cedera pada dinding arteri terhadap kerusakan yang dibentuk oleh
lapisan epitel; 2) serat makanan, Mg dan beberapa mikronutrien seperti Cr, Cu
mungkin penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat
aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak yang memicu
terjadinya aterosklerosis dapat berikut ini.
Aterosklerosis terjadi bila sebagian besar permukaan bagian dalam arteri besar
membentuk plaqueHasil pengamatan epidemiologi yang membandingkan populasi
atau sub populasi di beberapa negara, menunjukkan bahwa banyak faktor cara
hidup dan makanan yang menyebabkan risiko menjadi lebih besar untuk menderita
penyakit kardiovaskuler.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.

Tabel berikut ini memperlihatkan faktor risiko penyebab aterosklerosis, yaitu:
Faktor Risiko Dalam Aterosklerosis
Primer :
•Merokok (1 pak sehari)
•Tekanan darah (diastolik _ 90 m Hg, sistolik > 105 mm Hg)
•Peningkatan kolesterol plasma (> 240-250 mg/dl)
Sekunder :
•Peningkatan trigliserida plasma
•Obesitas
•Diabetes
•Stress kronis
•Pil KB
•Vasektomi
Sumber: Informasi dari Naito (1980) dan Connor (1980)
Merokok, tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar kolesterol plasma/serum
adalah faktor risiko utama terjadinya asteroklerosis, sedangkan penyebab sekunder
adalah stress, kurang gerak, peningkatan trigliserida plasma. Rasio kolesterol HDL :
LDL berbanding terbalik dengan terjadinya asteroklerosis dan ini lebih berarti
daripada hubungan dengan total kolesterol serum LDL yang berlebihan memicu
terjadinya asteroklerosis pada dinding pembuluh darah. Selain konsumsi lemak yang
berlebih, kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering
dihubungkan pula dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan
B6 yang meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D
merupakan faktor terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang
menyebabkan rusaknya jaringan elastis sel dinding pembuluh darah.
Berikut ini kami tampilkan kadar lemak darah, kolesterol dan trigliserida normal,
sebagai berikut :

PENUTUP
Guna mencapai Tubuh Sehat Ideal, sejogyanya dimulai sedini mungkin sejak janin
dalam kandungan. Oleh karena itu ibu hamil harus cukup gizi serta menjaga
kesehatannya, agar melahirkan bayi yang sehat.
Yang lebih penting adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya sampai anak dewasa, agar mencapai tinggi badan dan berat badan
ideal, sehat jasmani dan rohani, menuju sumber daya manusia yang berkualitas.
Total kolesterol = 200 mg/dl
LDL kolesterol = 130 mg/dl
HDL kolesterol = 35 mg/dl
Trigliserida = 250 mg/l
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.

Masa pra-usila dan usila, adalah masa kritis untuk terjadinya obesitas dengan
berbagai komplikasi penyakit degeneratif. Biasanya terjadi karena perubahan gaya
hidup menjadi lebih santai, kurang aktivitas dan cenderung makan berlebih
mengandung tinggi kalori, protein dan lemak.
Oleh karena itu, upaya untuk mencegah meningkatnya prevalens penyakit kardiovaskuler,
dapat dimulai dengan mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat

No comments: